Jumat, 28 Mei 2010

Keteladanan Sahabat Rasulullah dan Tokoh Penentangnya

Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam

Asmaul Husna Kunci Tawakal

Kepribadian Bagi Seorang Muslim

Kepribadian Bagi Seorang Guru
Dr.H.Ridjaiuddin.F.N.,M.Ag Dosen FAI Uhamka Jakarta
Pendidikan harus terus didorong untuk mengembangkan karakter bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang kuat sehingga pada gilirannya bangsa Indonesia akan mampu membangun peradaban yang lebih maju dan modem.' Banyak kebijakan dalam pendidikan yang justru kontraproduktif terhadap pengembangan kepribadian siswa. Sebut saja misalnya kebijakan ujian nasional (UN) yang dipercaya dapat menggenjot motivasi siswa untuk belajar supaya iulus UN. Kebijakan tersebut justru mengarah pada praksis pendidikan yang melahirkan peraturan yang berbasis pada model reward and punishment. Model semacam ini hanya akan melahirkan perubahan tingkah laku yang bersifat sementara dan terbatas, tapi hanya sedikit bahkan tidak pengaruh pada pembentukan kepribadian siswa untuk jangka panjang.
Salah satu poin pentinR dari tui!as pendidik adalah membanaun kepribadian anak didik. Maka seorang Guru harus memiliki kepribadian yang menarik, demikian dikatakan oleh seorang Konsultan Komunikasi dan Pengembanaan Pribadi, Leila Mona Ganiem (Kompas, 18 Januari 2010).
Hal demikian tentu saia akan membuat pelaiaran vang disampaikan lebih masuk lebih dipahami oleh anak didiknya. Guru sangat perlu menyamankan, mendorong, beretika, berakhlakul karimah bahkan meniadi teman baai si Murid. Tidak hanva itu, Guru juga harus senang dengan ide-ide baru, ide-ide cemerlang murid. Seorang Guru harus memahami apakah tata cara / etika, akhlak kita dalam mengaiar menarik atau tidak, kalau tidak berusahalah membuat suasana yang menyenangkan murid. Seorang Guru mempunvai kesempatan vang sangat berharga dalam pengembangan kepribadian muridnya.
Dalam pengembangan kepribadian yang matang bagi seorang murid diartikan secara berbeda-beda oleh banyak orang. Hal ini tercermin dari beberapa pendapat berikut
I Aan Hasanah, Pengamat pendidikan dan dosen LJIN Bandung, Pendidikan Berbasis Karakter, Senin,l4 Desember 2009, Media Indonesia




Kepribadian Bagi Seorang Guru
Dr.H.Ridjaiuddin.F.N.,M.Ag Dosen FAI Uhamka Jakarta
Pendidikan harus terus didorong untuk mengembangkan karakter bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang kuat sehingga pada gilirannya bangsa Indonesia akan mampu membangun peradaban yang lebih maju dan modem.' Banyak kebijakan dalam pendidikan yang justru kontraproduktif terhadap pengembangan kepribadian siswa. Sebut saja misalnya kebijakan ujian nasional (UN) yang dipercaya dapat menggenjot motivasi siswa untuk belajar supaya iulus UN. Kebijakan tersebut justru mengarah pada praksis pendidikan yang melahirkan peraturan yang berbasis pada model reward and punishment. Model semacam ini hanya akan melahirkan perubahan tingkah laku yang bersifat sementara dan terbatas, tapi hanya sedikit bahkan tidak pengaruh pada pembentukan kepribadian siswa untuk jangka panjang.
Salah satu poin pentinR dari tui!as pendidik adalah membanaun kepribadian anak didik. Maka seorang Guru harus memiliki kepribadian yang menarik, demikian dikatakan oleh seorang Konsultan Komunikasi dan Pengembanaan Pribadi, Leila Mona Ganiem (Kompas, 18 Januari 2010).
Hal demikian tentu saia akan membuat pelaiaran vang disampaikan lebih masuk lebih dipahami oleh anak didiknya. Guru sangat perlu menyamankan, mendorong, beretika, berakhlakul karimah bahkan meniadi teman baai si Murid. Tidak hanva itu, Guru juga harus senang dengan ide-ide baru, ide-ide cemerlang murid. Seorang Guru harus memahami apakah tata cara / etika, akhlak kita dalam mengaiar menarik atau tidak, kalau tidak berusahalah membuat suasana yang menyenangkan murid. Seorang Guru mempunvai kesempatan vang sangat berharga dalam pengembangan kepribadian muridnya.
Dalam pengembangan kepribadian yang matang bagi seorang murid diartikan secara berbeda-beda oleh banyak orang. Hal ini tercermin dari beberapa pendapat berikut
I Aan Hasanah, Pengamat pendidikan dan dosen LJIN Bandung, Pendidikan Berbasis Karakter, Senin,l4 Desember 2009, Media Indonesia
Menjawab pertanyaan Guru dalam kuliah tentang kepribadian di sebuah fakultas psikologi, ada murid yang mengartikan matang kepribadian sebagai sabar, tidak berlebihanini. dalam mengekspresikan emosi, dan pandai mengelola hubungan dengan orang lain.
Ada juga yang mengartikan kemampuan untuk memecahkan berbagai masalah kehidupan dengan bijaksana. Beberapa murid menuniuk pada kemampuan memenuhi tugas-tugas perkembangan masa dewasa dengan baik, seperti memiliki pekerjaan dan filsafat hidup vaniz mantap, kondisi batin yang stabil, dan sebagainva.
Tulisan ini menyajikan kriteria yang lebih utuh mengenai kepribadian yang matang dari seorang sesepuh yang ikut merintis Psikologi, yakni Gordon W. Allport (1897-1967). Hingga saat ini teori-teorinya (tentang kepribadian yang sehat) tetap relevan. Berikut adalah tuiuh kriteria dari Allport tentang sifat-sifat khusus kepribadian yang sehat
1. Perluasan Perasaan Diri Bagi Seorang Guru
Guru hendaknya dapat memperluas pola perasaan diri seorang murid. Ketika seorang murid menjadi matang, ia mengembangkan perhatian-perhatian di luar diri. Tidak cukup sekadar berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang di luar diri. Lebih dari itu, ia harus memiliki partisipasi yang langsung dan penuh, yang oleh Allport disebut "partisipasi otentik".
Dalam pandangan Allport, aktivitas yang dilakukan harus cocok dan penting, atau sungguh berarti bagi orang tersebut. Jika menurut kita pekerjaan itu penting, mengerjakan pekerjaan itu sebaik-baiknya akan membuat kita merasa enak, dan berarti kita menjadi partisipan otentik dalam pekeriaan itu. Hal ini akan memberikan kepuasan baRi diri seorang Guru. Orang yang semakin terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas, orang, atau ide, ia lebih sehat secara psikologis. Hal ini berlaku bukan hanva untuk pekeriaan, melainkan juga hubungan dengan keluarga dan teman, kegemaran, dan keanggotaan dalam politik, agama,, dan sebagainva.