Jumat, 06 November 2009

Alif Laam Miim, Rahasia al-Qur'an yang Belum Terpecahkan

‘ALIF LAAM MIIM’ RAHASIA
AL-QUR’AN YANG BELUM TERPECAHKAN.

Oleh DR.H.Ridjaluddin.FN.,M.Ag
Dosen FAI Uhamka Jakarta
Tanggal 6 Nopember 2009

Di dalam kitab suci Al-Quran,terdapat beberapa huruf yang belum diketahui makna dan artinyaj baik oleh Rasululullah Nabi Muhammad SAW maupun oleh para alim 'Ulama, sejak dahulu kala hingga sekarang ini. ‘Alif Laam Miim’terdapat diawal surat Al Baqarah juga, pada awal surat Ali Imran,”Alif Laam Miim Shaad” terdapat pada awal surat Al-A’raf, “Alif laam Raa” terdapat pada awal surat Yunus,” Thaa Haa” terdapat awal surat Thahas “Yaa Siin” terdapat pada awal surat Yasin dan seba¬gainya masih banyak lagi yang tidak disebutkannya

Di antara ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertian ini kepada Allah SWT karena dipandang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat yang tidak pernah dijelaskan Allah kepada manusia, dan ada pula yang menafsirkanya. Golongan yang menafsirkannya ada yang memandang sebagai mana surat. Akan tetapi alasan seperti ini sungguh sulit diterima, karena tiap-tiap surat ada namanya sendiri. Misalnya surat Al-Baqarah, merupakan surat kedua di dalam Al-Qur’an. Akan tetapi pada permulaan surat Al-Baqarah itu dimulai pula dengan “Alif Laam Miim” demikian pula pada surat-surat yang lainnya.

Ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu gunanya untuk mengisyaratkan bahwa Al-Qur’an itu diturunkan dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. Kalau mereka tidak percaya bahwa Al-Qur’an diturunkan dari Allah hanya buatan Nabi Muhammad SAW semata-mata, maka cobalah mereka buat semacam Al-Qur’an itu. Disebutkan tantangan Allah kepada umat manusia didalam firman-Nya yang artinya sebagai berikut:

“katakanlah: sesungguhnya jika manusia dan jin terkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur’an ini, niscatya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain. (Surat Al Isra’ ayat 88)

Pendapat lain mengatakan bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya hanya sekedar untuk menarik perhatian para pendengar supaya memperhatiakan atas pembacaan Al Quran. Macam apakah itu ? Di dalam berbagai kitab suci haruslah diyakini dalam hationya bahwa rias-rias kata tidaklah diperlukan, karena landasan dari penghayatan kitab suci ialah adanya keimanan dan ketakwaan yang kuat dan kokoh, kepercayaan mutlak bahwa kesemuannya itu adalah kehendak Allah SWT. Hal ini telah dijelaskan Allah dalam surat Al-Qiyamah ayat 17 dan 18 yang artinya demikian:

” Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuat pandai), membacanya. Apabila Kami telah selesai membacanya maka ikutilah bacaannya itu “.
Al-Qur’an adalah kalam Ilaahy, yang berupa mukjizat yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dan membacanya saja mendapat pahala dan merupakan ibadat tersendiri. Melihat yang demikian, dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa Al- Qur’an adalah merupakan “intisari” ajaran Islam yang beruas, tidak memerlukan suatu permainan kata-kata sekedar menarik belaka.

Pada waktu Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama kali di Gua Hira, beliau menggigil keluar keringat dingin pada sekujur badannya yang luar biasa. Maka jelaslah kiranya kalau Al-Qur’an merupakan kitab yang teramat Agung disisiNya. Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit” Aku adalah salah satu penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. Kulihat Rasulullah sewaktu turunnya wahyu itu seakan-akan diserang demam yang sangat keras dan keringatnya bercucuran seperti mutiara.

“Alif Laam Miim”, “Thaa haa”, “Yaasiin” dan seterusnya, diucapkan oleh Allah didalam Al-Quran yang diturunkan lewat RasulNya, yang disebutkan berulang-ulang di dalam kitab suciNya. Bahkan mempunyai makna yang penting, karena tertulis bukan hanya sekali dua kali saja, bahkan berkali-kali. Pengertian secara umum sama: setiap adanya pengulangan pada kata, pada ajaran, pada fatwa, selalu mempunyai makna yang penting menurut anggapan Allah SWT, kalau demikian halnya, letak kepentingan ini bagi siapa ? Bagi Tuhan atau bagi manusia ? Tentunya bagi manusia di dunia ini atau lebih tegasnya bagi umat Nabi Muhammad SAW.

Di dalam ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Quran dan Al-Hadits dijelaskan dengan gamblang dan seksama, hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT dan hal-hal yang diperbolehkan, dianjurkan dan hal-hal lain yang termasuk Sunnah.

Dengan demikian, disebutkan tidak terdapatnya larangan umat manusia untuk mendapatkan pengertian dan arti yang sebenarnya dari huruf “Alif Laam Miim” maka pada galibnya pula adanya halangan kalau seorang menafsirkan arti dari huruf “Alif Laam Miim” tersebut. Pencarian arti yang sebenarnya dari huruf itu pada umumnya akan dapat ditemuinya dengan melalui cara sufisme, melalui indra keenam, yaitu bawah sadar.

Tetapi dalam pencarian tersebut haruslah berhati-hati, karena akan banyak menanggung resiko karena kalau dalam menafsirkan itu salah pendekatan sedikit saja akan terjerumus kejurang kemusyrikan.

Di desa penulis, Purwokerto ada seorang kyai yang selalu mengerjakan amalan shalawat Wahidiyah. Menurut kepercayaannya, kalau amalan shalawat Nabi Muhammad SAW yang memuji dan menyanjung (Nabi Muhammad) itu dilakukan dengan tekun dan seksama dan terus menerus dengan rasa keharuan dan tetesan air mata serta kesungguhan hati yang ditujukan kepada-Nya selama empat puluh malam, maka insya Allah Tuhan akan mengabulkan permohonannya. Permohonan apa saja (kebaikan) yang kita mohonkan kepadaNya; Atas peristiwa itu penulis menanyakan kepada seorang kyai di Pondoknya. Jawabnya; “Allah tak pernah memberi jaminan seperti itu”.

Ada seorang kyai yang, mengetahui dengan sangat baik ayat-ayat Al-Qur’an, boleh dikatakan hampir saja dia dapat menghafalnya. Kalau dia batal, seketika itu pula ia berwudhu. Ajarannya ia selalu mensucikan huruf Al-Qur’an “Álif Laam Miim”.

Apa yang paling bermanfaat bagi umat manusia ditinjau dari bidang spiritual? Tanya penulis. Maka Kyai tersebut (Kayi yang tak mau disebut namanya) melukiskan huruf “Alif Laam Miim” kemudian penulis tanya kembali: Bagaimana pengaruh huruf ini? Ia menjawab: Tak ada apa-apa, tak ada rasa apa-apa.

Bagitulah, “Alif Laam Miim” dan kelompok ayat-ayat mutasyabihaat lainnya yang belum dapat dipecahkan oleh manusia. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan kalau orang-orang awam mencari jalan tersendiri yaitu jalan dengan rasa bathin, dan dengan jalan bathin ini pada hakekatnya kurang dapat diterima sebagai kebenaran ajaran agama Islam, karena pencarian seperti itu agaknya mustahil. Orang-orang tertentu telah berusaha sekuat tenaga dengan jalan dzikir dan mengamalkan bacaan itu berulang-ulang, mungkin saja akan mendapatlan kepuasan bathinnya. Akan tetapi sampai dimana kah kebenaranya jika mempergunakan jalan bathinnya, kebenaran ayat-ayat tersebut diatas masih penuh tanda tanya. Kalau demikian halnya bagaimana permohonannya?

Ayat-ayat mutasyabihaat adalah semata-mata urusan Allah SWT. Dari pada sesat memikirkan ayat-ayat mutasyabihaat tersebut yang manusia sendiri belum mendapatkan jawaban nya, kembalikanlah kepada Nya, mudah-mudahan mendapat ridha dari padaNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar