AMIEN RAIS
TOKOH GERAKAN REFORMASI
DR.H.Ridjaluddin.F.N.,M.Ag
A. Kelahiran dan Ketokohannya
Mohamad Amien Rais demikian nama lengkapnya, seorang tokoh gerakan reformasi pada masa rezim Presiden Soeharto yang dilahirkan di kota Solo, Jawa Tengah pada tanggal 26 April 1944, dari sebuah keluarga yang sangat taat dalam menjalankan syariat agama Islam. Ayahnya bernama Suhud Rais, siswa lulusan Perguruan Mu'allimin Muhammadiyah dan semasa hidupnya bekerja sebagai karyawan di kantor Departemen Agama RI. Ibunda Amien Rais bernama Sudalmiyah, adalah siswi alumni Hogere Inlandsche Kweekschool (HIK) Muhammadiyah, kemudian menjadi aktivis gerakan ‘Aisyiyah dan ia pernah menjabat sebagai ketua ‘Aisyiyah di Surakarta cukup lama yaitu selama dua puluh tahun.
Ibunda Amien Rais, Sudalmiyah juga sangat dikenal sebagai seorang guru yang ulet dan rajin. Ia mengajar di Sekolah Guru Kepandaian Putri (SGKP) Negeri dan Sekolah Bidan ‘Aisyiyah di Surakarta. Karena prestasinya yang cukup menonjol di dunia pendidikan, pada tahun 1985, ia mendapat gelar sebagai Ibu Teladan se-Jawa Tengah. Sudalmiyah juga aktif dipartai politik Masyumi ketika masa jayanya pada tahun 1950-an. Kakek Amien Rais dilahirkan dari keluarga yang sangat kental Muhammdiyahnya.
Amien Rais merupakan anak kedua dari enam bersaudara. Kakaknya adalah Fatimah, dan empat adiknya adalah abdul Rozak, Achmad Dahlan, Siti ‘Aisyah, dan Asyiah. Mereka tumbuh dan dibesarkan di kampung Kepatihan Kulon (Solo). Sejak kecil mereka sudah dilatih disiplin oleh sang ibu. Bila Amien kecil melanggar, sang ibu tidak segan-segan menghukumnya. Mereka harus bangun puku104.00 WIB setiap paginya.
Caranya dengan meletakkan jam weker di dekat tempat tidur. Dan ketika bangun, mereka diminta untuk mengucapkan "ashalatu khairu minan naum" dengan suara keras sehingga terdengar sang ibu. Sang ibu biasanya memberikan imbalan berupa uang 50 sen. Uang tersebut lalu mereka tabung, untuk dibelikan baju baru menjelang lebaran idul fitri. Walaupun tegas, tetapi sang ibu tidak pernah memaksakan kehendaknya. Anak ¬anaknya dibiarkan tumbuh secara alami, sesuai dengan bakat dan minatnya masing¬ masing. Hanya saja, pesan sang ibu yang tak pernah putus adalah mengingatkan mereka bahwa hakikat hidup adalah ibadah. Yang terus diingat Amien, ketika ibunya berkata, "Ingat Amien, berkemah pun ibadah."
Da1am berbagai kesempatan, Amien Rais secara terus terang mengakui bahwa ibunyalah yang sangat mempengaruhi karakternya yang lugas tanpa basa-basi. Sampai kini Amien masih menempatkan ibunya sebagai konsultannya dan tempat pelipur lara. Manakala ia menghadapi situasi atau persoalan pelik, ruwet ia selalu pulang ke Solo menemui sang ibu untuk meminta pendapatnya, atau sekadar untuk menghindari kejaran wartawan yang pantang ia tolak. Setiap lebaran Idul Fitri ia beserta saudaranya juga berkumpul di rumah sang ibu. Menurut Amien, hingga usia 80-an, ketegasan dan kejernihan berpikir ibunya masih tetap seperti dulu. Ibunda Amien Rais wafat hari jumat, 14 September 2001 di Solo Jawa Tengah, dalam usia 89 tahun.
Sewaktu masih duduk di bangku SD, Amien kecil bercita-cita ingin menjadi walikota. Cita-cita ini sangat dipengaruhi oleh kekagumannya pada Mochammad Saleh yang menjabat wali kota Solo waktu itu. Mochammad Saleh adalah seorang muslim yang sangat taat.Ia sering memberikan pengajian di Balai Muhammadiyah Solo. Wali kota asal Madura ini sangat dihormati dan dicintai oleh rakyatnya. Namun setelah SMA, cita-cita Amien berubah, Ia ingin jadi duta besar. Mungkin cita-cita ini yang ikut mempengaruhinya untuk memilih jurusan hubungan internasional ketika memasuki perguruan tinggi.
Prinsip yang menjadi pegangannya diakuinya sangat sederhana, yaitu mencari ridho dan ampunan Allah. Untuk mencapainya orang harus berbicara dan berbuat apa adanya. "You are what you are," katanya suatu ketika.Ia membagi kebahagiaan menjadi tiga jenis, Yaitu kebahagiaan spiritual, kebahagiaan intelektual, kebahagiaan psikologis. Kebahagiaan spiritual diperoleh dengan cara menjalani hidup sesuai dengan rel agama. Kebahagiaan intelektual diperoleh dengan cara memberikan kontribusi pemikiran kepada masyarakat. Sedangkan kebahagiaan psikologis didapatnya bila ia bisa berbuat atau menolong orang lain (attaawun bainan naasi).
B. Riwayat Pendidikan Amien Rais
Pendidikan Amien Rais, mulai dari TK sampai SMA, semuanya dijalani di sekolah Muhammadiyah, dikota kelahirannya, Solo Jawa Tengah. Menurut Amien, karena kecintaan sang ibu pada sekolah Muhammdiyah, maka seandainya ketika itu sudah ada perguruan tinggi Muhammadiyah, pasti ibunya akan memintanya untuk kuliah di situ. Sekolah Dasar diselesaikan tahun 1956, kemudian melanjutkan di SMP pada tahun 1959 dan ke jenjang yang lebih tinggi di SMA pada tahun 1962. Di samping sekolah umum, ia juga mengikuti pendidikan agama di Pesantren Mamba'ul Ulum (pernah jadi PGAN, sekarang MAN)dan ia juga pernah nyantri di Pesantren A1 Islam (kini bukan Pesantren lagi) yang keduanya terdapat di Solo (Hasan Muarif Anbari….(et all) .
Setelah lulus SMA Muhammadiyah Solo (selesai 1959), ibunya menginginkan Amien melanjutkan studinya ke Perguruan Tinggi agama melanjutkan ke Al¬-Azhar, Mesir. Sementara ayahnya lebih memilih Universitas Gajah Mada (UGM). Amien tampaknya lebih cocok dengan pilihan sang ayah.Ia kemudian diterima di dua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial dan Politik UGM jurusan Hubungan Internasional. Ia lalu berkonsultasi dengan sang ayah, mana fakultas yang lebih baik untuk dipilih. Sang ayah menyerahkan kembali pada Amien untuk memilihnya. Akhirnya ia memilih Fisipol, mungkin untuk tidak mengecewakan harapan sang ibu, Amien juga kemudian mendaftarkan diri sebagai mahasiswa fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Kuliah paralel ini dijalaninya sampai munculnya larangan kuliah ganda oleh pemerintah.
Tahun 1968 Amien menyelesaikan studinya di UGM dengan tugas akhir berjudul: “Mengapa Politik Luar Negeri Israel Berorientasi Pro Barat”. Ia lulus dengan nilai A. Kemudian ia melanjutkan pendidikan Pasca Sarjana di University of Notre Dame, Indiana, Amerika Serikat yang diselesaikan tahun 1974 dengan gelar MA. Tesisnya adalah mengenai politik luar negeri Anwar Sadat yang waktu itu sangat dekat dengan Moskow. Itu sebabnya Amien juga harus mendalami masalah komunisme, Uni Soviet, dan Eropa Timur. Minatnya yang sangat besar pada masalah Timur Tengah tetap tumbuh.
Setelah pulang ke tanah air sebentar, ia kembali ke Amerika lagi untuk mengikuti program di University of Chicago, AS dengan mengambil bidang studi Timur Tengah.Ia berhasil meraih gelar Doktor pada tahun 1981, dengan disertasi berjudul The Moslem Brotherhood in Egypt: Its Rise, Demise and Resurgence (Ikhwanul Muslim di Mesir: Kelahiran, Keruntuhan, dan Kebangkitannya Kembali). Penelitian untuk menyusun disertasinya dilakukan di Mesir dalam waktu sekitar satu tahun. Selama berada di Mesir, waktunya dimanfaatkan juga untuk menjadi mahasiswa luar biasa di Departemen Bahasa University AI Azhar, Kairo. Tesis ini semakin memperkokoh kedudukannya dalam lingkup cendikiawan muslim Indonesia.
Di UGM ia mengasuh mata kuliah Teori Politik Internasional dan sejarah dan diplomasi di Timur Tengah. Ia juga dipercaya juga mengajar mata kuliah Teori-teori Sosialisme. Yang paling menyenangkan adalah mata kuliah Teori Politik Internasional. Di Fakultas Pasca Sarjana UGM ia dipercaya memegang mata kuliah teori Revolusi dan Teori Politik. Mengelola Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan (PPSK). Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan (PPSK) adalah lembaga pengkajian dan penelitian di bawah Yayasan Mulia Bangsa Yogyakarta. Salah satu raison d'etre kelahiran PPSK adalah keprihatinan masih terbatasnya hasil-hasil pengkajian yang menyangkut masalah-masalah strategis dan kebijakan yang berorientasi pada masyarakat lemah.
Lembaga pengkajian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran meliputi: Pertama, identifikasi permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan. Kedua, analisa yang akurat mengenai berbagai kecenderungan global dibidang sosial budaya, agama, ekonomi, politik, dan iptek, serta dampaknya pada bangsa Indonesia. Ketiga, usulan pemecahan terhadap persoalan bangsa berdasarkan telah strategis dan kebijakan yang realistis dan matang. Berbagai produk pemikirannya dipublikasikan lewat majalah Prospektif, yang terbit tiga bulan sekali.
Menurut Dawam Rahardjo, PPSK memiliki peran yang besar dalam membidani lahirnya ICMI. Di kantor inilah pertama kali konsep ICMI digodok, kemudian dibawa ke Wisma Muhammdiyah di Tawangmangu, Solo untuk disempurnakan, setalah itu baru dibawa ke Malang. Sejumlah tokoh penting bergabung di lembaga ini, di antaranya: Moeljoto Djojomartono, Soedjatmoko, Ahmad Baiquni, Kuntowijoyo, Bambang Sudibyo, Umar Anggara Jenie, Ichlasul Amal, Yahya A. Muhaimin, Affan Gafar, A. Syafi'I Maarif, dan Amien Rais yang dipercaya untuk memimpinnya. Masyarakat ilmiah mengenal dan sangat memperhitungkan lembaga ini, selain karena produk-produk pemikirannya, juga karena kredibilitas keilmuan dan reputasi tokoh-tokohnya.
Namun masyarakat luas baru mengetahuinya setelah terjadi dua peristiwa. Pertama, meninggalnya Dr. Soedjatmoko, seorang yang di kenal luas memiliki reputasi internasional. Beliau pernah menjadi Duta Besar RI untuk Amerika Serikat, juga pernah menjadi Rektor pertama Universitas PBB di Tokyo. Almarhum meninggal saat berceramah di depan teman-temannya di PPSK, sehingga hampir semua media massa di tanah air memberitakan peristiwa kematiannya. Kedua, pertemuan antara Arifin Panigoro dan kawan-kawan dengan kelompok PPSK yang diselenggarakan di Hotel Radison, Yogyakarta, 5 februari 1998.
Pertemuan ini kemudian dikenal dengan istilah "kasus Radison" dan menjadi polemik panjang yang mewarnai media massa waktu itu, karena oleh rezim Presiden Soeharto dituduh sebagai upaya "makar" terhadap pemerintahan Orde Baru. Sebetulnya acara tersebut merupakan acara rutin dan bersifat akademis dengan tema reformasi yang meliputi reformasi politik, reformasi ekonomi, dan reformasi hukum. Beberapa orang yang hadir dalam pertemuan itu sempat diminta keterangan oleh pihak berwajib, bahkan Arifin Panigoro sempat menjadi tersangka.
Sejak muda belia Amien Rais sudah terlibat dalam berbagai gerakan organisasi dan gerakan politik. Kecintaannya pada organisasi diawali dari keterlibatannya di kegiatan pandu Hizbul Wathon Muhamadiyah.Ia dipercaya oleh teman-temannya untuk memimpin sebuah regu yang terdiri dari tujuh orang yang diberi nama regu Rajawali. Regu yang dipimpinnya selalu memenangkan berbagai perlombaan, seperti lomba tali-temali, morse, membuat jembatan, sampai pada lomba masak-memasak. Di sinilah Amien kecil mulai menyadari kekuatan kebersamaan dan makna kepemimpinan. Ketika menjadi mahasiswa, ia termasuk salah seorang pendiri Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). la juga pernah aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan pernah dipercaya untuk menduduki jabatan sekretaris Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI) HMI Yogyakarta.
Di samping kecenderungannya dan hobbynya berorganisasi, Amien Rais juga sudah mulai aktif menulis artikel sejak muda belia. Dawam Rahardjo menuturkan: "Ketika mahasiswa, Amien Rais telah menjadi penulis kolom yang tajam dan produktif. Oleh tabloid mingguan Mahasiswa Indonesia yang terbit di Bandung bersama-sama dengan Harian Kami di Jakarta, Koran mahasiswa yang sangat legendaris di awal Orde Baru, Amien pernah dianugrahi Zainal Zakse Award."
Amien Rais menikah pada tanggal 9 februari 1969, dengan seorang gadis yang dikenalnya sejak mereka masih sama-sama kanak-kanak, Kusnariyati Sri Rahayu. Selama sepuluh tahun pernikahannya ia belum dikaruniai anak, meskipun ia sudah berkonsultasi dengan banyak dokter spesialis kandungan di Solo, Yogya, bahkan ketika berada di Chicago.
Sampai suatu saat mereka berdua mendapat kesempatan naik haji ke Makkah. Di depan Ka'bah mereka berdua memanjatkan doa, memohon kepada Allah agar memenuhi keinginan mereka akan keturunan. Waktu itu mereka sedang melakukan penelitian di Mesir. Setelah kembali ke Kairo, dua bulan lebih sang istri tidak dikunjungi tamu rutin. Bahkan ada yang aneh: perutnya terasa gatal-gatal. Akhirnya mereka sepakat pergi ke dokter kandungan.
Dan hasilnya positif, sang istri dinyatakan hamil. Bagi mereka berdua, kejadian itu merupakan mukjizat dan karunia Allah SWT semata. Setelah anak yang pertama lahir, selanjutnya setiap dua tahun sang istri hamil lagi. Kini mereka sudh dikaruniai lima orang anak, tiga putra dan dua putri. Nama-nama mereka diambil dari Al Qur'an dan dikaitkan dengan kenangan dan peristiwa yang menyertai kelahirannya. Yang pertama diberi nama Ahmad Hanafi, kemudian Hanum Salsabiela, Ahmad Mumtaz, Tasnim Fauzia, dan yang terakhir Ahmad Baihaqi.
Kusnariyati adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Untuk mengisi kesibukannya, ia mendirikan taman kanak-Kanak (TK) di sebelah rumahnya, TK ini kemudian menjadi besar dan terkenal. Ia juga membuka kedai sederhana yang diminati banyak mahasiswa. Dilihat dari penampilannya yang sederhana, termasuk gaya bicara yang sederhana, ia tidak beda dengan ibu rumah tangga lainnya. Tetapi di mata Amien Rais, ia adalah wanita luar biasa.
Keberanian dan ketegaran yang dimiliki Amien Rais ternyata tidak lepas dari peran sang istri. Suatu saat ketika diinterview seorang wartawan Jepang, saya melihat dengan nada bangga Amien Rais mengatakan, "Istri saya merupakan wanita terbaik se Asia Tenggara." Komentar tersebut mungkin terasa berlebihan bagi kebanyakan orang, tapi tidak bagi Amien Rais. Ia pernah menceritakan kepada saya bahwa ketika studi di Chicago, karena beratnya beban kuliah yang dihadapi, hampir saja ia putus asa. Untung ada sang istri yang terus menerus memompa semangatnya.
Ada cerita cukup menarik tahun 1972 selagi kuliah di Amerika Serikat. Amien sering menjejalkan enam kaset lagu-lagu langgam jawa gubahan dalang kondang almarhum ki Narto Sabdo bersama kesembilan kaset dagelan (almarhum) Basiyo diantara buku-buku di kopernya. Istrinya, Ny Kusnariyati menyiapkan bekal kaset itu untuk pengobat rindu di perantauan.
" Kalau sedang sumpek, kangen tanah air, rindu keluarga di rumah, saya memutar kaset-kaset itu berulang-ulang. Justru di negeri orang itu saya jatuh cinta membangun hubungan batin dengan gamelan, lagu langgam jawa," tutur Amien Rais.
Kegemarannya dengan langgam jawa itulah yang mendorongnya merekam sendiri suara dan menyanyikan lagu-lagu yang disukainya. Lagu-lagu itu kemudian dikemas dalam album VCD berjudul Campur Sari Reformasi.
VCD ini berisi vedio klip tayangan Amien Rais dan Ny Kusnasriyati menyanyikan lima lagu gubahan Ki Narto Sabdo dalam irama yang sekarang diistilahkan "Campursari". Ketika rekaman dimulai, mengambil tempat di rumahnya, di Solo, Amien mengaku menghadapi kesulitan. Sebuah lagu, Mbok Ya Mesem (Tersenyumlah) direkam berulang¬ ulang sampai dua setengah jam lamanya.
C. Prof.DR.Amien Rais,Ini Saatnya Menjadi Presiden
Amien Rais kelahiran Surakarta Jawa Tengah, 26 April 1944 adalah salah seorang tokoh kunci pergerakan reformasi di tanah air ini. Dia begitu berani ikut menggalakkan arus gerakan reformasi untuk berhadap-hadapan dengan rezim yang sedang berkuasa. Amien lalu didaulat menjadi Tokoh Gerakan Reformasi.
la juga salah seorang yang berani mencalonkan diri jadi Presiden pada detik-detik akhir masa berkuasanya Pak Harto. Pada SU-MPR 1999, ia nyaris menjadi presiden, setelah laporan pertanggungjawaban Presiden BJ Habibie ditolak. Poros tengah yang dimotorinya (beberapa partai Islam berkolaborasi dengan Golkar) telah menyepakati akan mencalonkannya jadi presiden. Namun ia telah memegang prinsip telah menjagokan Gus Dur (Abdurrakhman Wahid) yang akhirnya terpilih jadi Presiden RI yang ke-4.
Ketika itu, ia benar-benar menjadi king maker pentas politik nasional, kendati perolehan suara Partai Amanat Nasional (PAN) yang didirikan dan yang dipimpinnya pada Pemilu 1999 hanya tujuh persen. Namun mantan Ketua Umum Muhammdiyah ini berhasil terpilih menjadi Ketua MPR. Kini, partainya menargetkan posisi ketiga pemenang pemilu 2004, Dengan itu, cukup untuk mengantarkannya untuk menjadi presiden. Namanya memang jauh lebih besar dibanding partai yang dipimpinnya itu. Beberapa menempatkannya di urutan pertama calon presiden, termasuk poling Tokoh Indonesia DotCom. Banyak pihak memperkirakan inilah saatnya Amien Rais menjadi presiden RI. Jika tidak kesempatan itu akan sulit diraihnya lagi.
Suasana "kontes" tahun 1999 berbeda dengan 2004. Maka jauh sebelum 2004, Amien Rais sudah membentuk tim sukses dalam sebuah lembaga The Amien Rais Centre. Sebagai Tokoh Gerakan Reformasi, Amien merasa bertangung jawab untuk melanjutkan proses reformasi yang sementara ini dinilai banyak kalangan telah berhenti bahkan gagal total. Dengan otoritas baru kelak sebagai presiden, Amien merumuskan 17 langkah membangun Indonesia untuk mencapai tujuan reformasi total.
Istrinya Kusnariyati Sri Rahayu aktif mendukung Amien. Keduanya terjun bersama ke berbagai daerah menumpang pesawat jet dan helikopter untuk kampanye menyapa setiap konstituen PAN. Dia adalah sarjana politik lulusan Fisip UGM Yogyakarta tahun 1968 dengan tugas akhir "Mengapa Politik Luar Negeri Israel Pro Barat", lulus dengan nilai A. Setamat itu Amien melanjutkan kuliah ke Notre Dame Catholic University, Indiana, AS, tahun 1974. Di tahun 1981 dia menyempatkan diri menimba ilmu di Al Azhar University, Cairo, Mesir. Namun tak lama kemudian di tahun 1984 kembali dia memasuki wilayah AS untuk meraih gelar doctor atau Ph.D dalam ilmu politik di Chicago University, Chicago, AS. Pendidikan postdoctoral degree kembali dia jalani di Amerika tahun 1988¬1989, di George Washington University, AS.
Politik dan Islam ibarat dua sisi sekeping mata uang dalam diri Amien Rais . Politik disiplin ilmumya dan ajaran Islam bidang kajian yang selalu menarik perhatiannya. Empat karya penelitian ilmiahnya membuktikan hal itu. Yaitu, "Prospek perdamaian Timur Tengah", dan "Kepentingan Nasional Indonesia dan Perkembangan Timur Tengah 1990-an" ketiganya diterbitkan oleh Litbang Departemen Luar Negeri. Satu lagi, " Zionisme: Arti dan Fungsi" diterbitkan oleh Fisipol UGM Yogyakarta.
Amien juga menerbitkan tak kurang 22 judul buku sejak tahun 1983 hingga 1999. Semuanya tak beranjak jauh dari politik dan Islam. Warna yang sama tampak pula dalam kiprah perjalanan karirnya selama ini. Amien Rais adalah dosen ilmu poltik serta aktivis di berbagai organisasi Islam seperti di Muhammdiyah dan ICMI. Sebelum terjun kedunia politik praktis Amien adalah Guru Besar di UGM mengajar mata kuliah Teori Politik Internasional, Sejarah dan Diplomasi di Timur Tengah, dan teori-teori sosialisme, serta mata kuliah Teori Revolusi dan Teori politik di Fakultas Pasca Sarjana UGM.
Amien Rais seorang tokoh nasional berjiwa kebangsaan yang berlatar belakang sekaligus memiliki kedalaman religi Islam yang taat. Dia seorang cendikiawan muslim yang berjiwa kebangsaaan. Seorang yang sejak kecil diasuh dalam keluarga Muhammadiyah yang taat. Dia seorang tokoh yang berkompeten hadir dalam eksistensi kebangsaan sekaligus kompeten dalam eksistensi keislaman. Sehingga adalah pantas jika dia dijagokan sebagai calon presiden terkuat untuk bersaing dengan calon-calon lainnya. Sebuah bangsa berpenduduk mayoritas Islam berpandangan kebangsaan sangat plural seperti Indonesia sangat membutuhkan kehadiran sosok pemimpin seperti Amien Rais.
DAFTAR BACAAN
Bratton, Michael dan Nicolas Van de Walle, "Popular Protest and Political Reform in Africa", Comparative Politics, Juli, 1992.
Benello, C. George, From the Ground Up: Essays on Grassroots and Workplace Democracy, Black Rose Books Ltd., 1992.
Quigley, Kevin F.F., "Towards Consolidating Democracy: The Paradoxical Role of Democracy Groups in Thailand", Democratization 3 (3), 1996.
Rais, M.Amien, Demokrasi dan Proses Politik, Jakarta: LP3ES.
--------------, Refleksi Amien Rais: Dari Persoalan Semut Sampai Gajah, Jakarta: Gema Insani Press, 1997.
--------------, Membangun Kekuatan di Atas Keberagaman, Yogyakarta: Pustaka Suara Muhammadiyah, 1998.
--------------Demi Pendidikan Politik Saya siap jadi calon Presiden,Penerbit Titian Ilahi Press, Cetakan Pertama Nopember 1997/Rajab 1418, Cetakan ke dua 1997.
----------------, Mengenal Partai Amanat Nasional (PAN), 1998
--------------, 17 Langkah Amien Rais membangun Indonesia, bagian dari pidato Ketua MPR RI Amien Rais pada penutupan ST MPR tahun 2003, 8 Agustus 2003.
--------------,Membangun Politik Adiluhung: Membumikan Tauhid Sosial. Menegakkan Amar Ma'ruf Nahi Munkar, Bandung: Zaman Wacana Mulia. 1998.
--------------, Suksesi dan Keajaiban Kekuasaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1997.
EI Saadawi, Nawal, Perempuan di Titik Nol, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 1992.
Soetrisno, Loekman, dkk. (ed.), Menuju Masyarakat Madani: Strategi & Agenda Reformasi, Yogyakarta: P3PK UGM, 1998.
Antlov, Hans, "Federation-of-Intent in Indonesia, 1945-49", seminar Internasional "Towards Structural Reforms for Democratization in Indonesia: Problems and Prospects" yang dilaksanakan LIPI dan Ford Foundation, Jakarta, 12-14 Agustus 1998.
Auvinen, Juha Y, "IMF Intervention and Political Protest in the Third World: A Conventional Wisdom Refined", Third World Quarterly 17 (3), 1996.
Bassiouni, Cherif, "Toward a Universal Declaration on the Basic Principles of Democracy: From Principles to Realisation", dalam Democracy, Jenewa: Inter-Parliamentary Union, 1998.
Beetham, David, "Democracy: Key Principles, Institutions and Problems", dalam Democracy, Jenewa:Inter-Parliamentary Union. Benello, C. George, From the Ground Up: Essays on Grassroots and Workplace Democracy, Black Rose Books Ltd., 1992.
Bermeo, Nancy, "Democracy and the Lessons of Dictatorship", Comparative Politics, vol. 24, no. 3, 1992.
Bobbio, Norberto, The Future of Democracy: A Defence of the Rules of the Game, Cambridge: Polity Press, 1987.
Bogdanor, Vernon, "The June 1989 European Elections and the Institutions of the Community", Quarterly Journal of Comparative Politics, vol. 24(2), 1989.
Sabtu, 19 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar