Sabtu, 13 Februari 2010

PERANGKAP SYETAN

PERANGKAP IBLIS PENGGODA MANUSIA

Umat Islam yang peduli terhadap agamanya dan kaum muslimin merasakan keprihatinan dan kegundahan yang amat mendalam melihat akhir-akhir ini betapa posisi kaum muslimin semakin hari semakin tertekan, terpojok dan bahkan dizalimi, tanpa dapat berbuat banyak untuk melawan dan mengatasinya. Padahal Islam diyakini sebagai agama yang benar, yang sempurna, dan diridhai Allah, sebagaimana firmanNya (QS.Al-Maidah (5) ayat 3.)

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِينًا

"..Hari ini aku sempurnakan agamamu, Aku cukupkan nikmatKu kepadamu, dan Aku ridha Islam menyadi agamamu... ".

Dalam menghadapi situasi tersebut diatas, tentu dapat dipahami apabila diantara ummat timbul pertanyaan : "apa yang salah dari umat Islam, dimana Allah, mengapa Allah membiarkan kaum muslimin dizalimi ?, suatu pertanyaan yang lebih mendekati kepada keputusasaan. Sebagai hamba Allah yang beriman, sekalipun dapat dipahami apabila timbul pertanyaan tersebut, akan tetapi aqidah kita mengajarkan bahwa kita wajib berprasangka baik (khusnuzzan) terhadap Allah, dan kalaulah ada pertanyaan-pertanyaan seperti tersebut tentunya dilakukan dalam rangka menggali rahasia dibalik penderitaan yang kita alami saat ini. Melalui instropeksi ke dalam diri kita kaum muslimin sendiri, kita harus bertanya, mungkin ada yang salah dalam diri kita, apabila telah diketahui dimana salahnya, kita gali rahasianya guna memperbaiki dan mengatasinya. Dengan demikian kita tidak akan terjebak dengan mencari kesalahan pada orang lain, apalagi terhadap Allah yang kita yakini adalah Maha Rahman dan Maha Rahim.

IBLIS MUSUH ABADI BAGI MANUSIA
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan Allah diantara makhluk-makhluk lainnya. Namun dari awal penciptaannya manusia telah mendapat tantangan dari makhluk Allah lainnya, yaitu iblis, sebagaimana dalam (QS al –A’raaf ( 7) ayat 16)

قَالَ فَبِمَآأَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ

Karena Engkau telah menghukum saya tersebut, saya benar benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.

Semenjak itu terjadilah permusuhan yang abadi antara Manusia dencan iblis sampai kelak akhir zaman. Sekalipun manusia pada awalnya sejak masih di dalam kandungan telah menyatakan beriman kepada Allah, sebagaimana (Q: al A’raaf (7 ) ayat 72)

أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَآ

"Bukankah Aku ini Tuhanmu ? mereka menjawab : Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi-saksi "

Namun setelah dilahirkan di dunia, manusia harus berhadapan dengan iblis, Yang berusaha dengan berbagai cara untuk melunturkan keimanan tersebut, sampai manusia durhaka terhadap Allah upaya iblis tersebut bukan melalui penampakan diri secara fisik, lalu mengancam dan menyiksa manusia sehingga tunduk padanya, melainkan dengan memanfaatkan kelengahan dan kelemahan manusia sendiri, melalui bisikan, tipuan, dorongan hawa nafsu dan adu domba antara sesama manusia. disadari atau tidak peperangan melawan iblis setiap hari berkecamuk tiada henti-hentinya dalam diri dan kehidupan kita, kadang-kadang kita menang, kadang-kadang kalah, adakalanya kita menang namun orang lain yang terpedaya iblis dihadapkan dengan kita, dan sebaliknya. Orang lain tersebut adakalanya orang yang tidak seiman dengan kita, dan adakalanya yang seiman dengan kita. Dan peperangan antar manusia dengan iblis yang tidak terlihat secara fisik tersebut, beralih menjadi peperangan antar manusia yang diperdaya iblis, dan dalam kondisi demikian tidaklah mengherankan apabila terjadi kekalahan orang beriman, apabila lemah dan tidak konsisten dengan keimananan melawan manusia yang diperalat iblis. karena tidak konsisten dengan keimanan tersabut akibatnya terpedaya pula oleh iblis.

SEBAB-SEBAB TERPERANGKAP GODAAN SETAN
Bila kita kembalikan kepada pertanyaan sebagaimana tersebut diatas. mengapa kaum muslimin yang memiliki agama yang benar, yang sempurna dan diridhai Allah dapat kalah. Jawabannya tentu harus kita kembalikan kepada Al-Qur'an dan Hadits. Kita seharusnya menyadari apa sesungguhnya tujuan Allah menciptakan manusia seperti dijelaskan dalam (Q.S. Adz Dzariyat (51) ayat 56)

وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّلِيَعْبُدُونِ

"Tidaklah Aku jadikan jin dan manusia kecuali hanya untuk menyembah kepadaku”

Hampir semua kita dalam menjalani kehidupan dan melakukan amal perbuatan untuk kepentingan sendiri, keluarga atau kerabat, bukan dalam rangka beribadah secara ikhlas kepada Allah. Walaupun dalam pernyataan menyebutkan berbuat untuk dan atas nama Islam, kaum muslimin atau atas nama rakyat, namun dari niat dan tujuan pada hakekatnya tak lain adalah untuk kepentingan diri sendiri, keluarga atau kerabat.Untuk mencapai tujuan tersebut adakalanya dilakukan dengan cara-cara yang disukai iblis, seperti memperdaya, berbohong, menghasut sikut-menyikut, menzalimi dan sebagainya, sehingga terjadilah berbagai pertentangan dan pepecahan diantara sesama kaum Muslimin sendiri, semakin banyak pertentangan, semakin meluas perpecahan dan akibatnva kaum muslimm menjadi semakin lemah. Sementara mereka-mereka yang di luar Islam sibuk dengan menggali ilmu dan teknologi, kaum muslimin disibuki oleh perpecahan, orang semakin maju kita justru semakin mundur dan lemah, sehingga ketika berhadapan dengan mereka, kita menjadi tidak berdaya. Disadari atau tidak kita telah masuk kedalam perangkap iblis, semakin banyak yang terperangkap, semakin lemah kondisi kita Disadari atau tidak kita telah masuk kedalam perangkap iblis, semakin banyak yang terperangkap, semakin lemah kondisi kita sebagai umat. Sebagai suatu negara hal demikian dapat kita lihat dari konidisi negara Irak saat ini yang dalam keadaan lemah diserang oleh negara Amerika dan sekutunya, sebagaimana dikatakan oleh mantan Ketua MPR RI bapak Amin Rais, peperangan antara Amerika dengan Irak bagai durian melawan mentimun, lemahnya Irak tentunya tidak terlepas dan diawali perseteruannya dengan sesama negara maslim sendiri, Yang menguras segala sumber daya yang ada. Inilah yang diramalkan oleh Rasulullah dalam haditsnya :

"Akan ada di suatu masa kaum muslimin bagaikan buih di lautan" (al-hadits )
Sekalipun jumlah kita banyak namun tidak berdaya. Dalam konteks inilah mungkin kita dapat memahami rahasia dibalik kata¬kata terakhir Rasulullah menjelang beliat wafat: ummati, ummati, ummati, rasa khawatir beliau terhadap umat yang dicintainya, yang lupa akan tujuan penciptaannya dan terpedaya oleh iblis sehingga ingkar kepada Allah.

JALAN MENUJU KEMENANGAN
Andaikata saja sebagai kaum muslimin (kalaulah tidak seluruhnya) dalam menjalani kehidupan, dalam setiap langkah dan perbuatannya, dilakukan semata-mata karena beribadah kepada Allah, dan dilakukan sesuai dengan tuntutan al-Qur'an dan Hadits, tentu iblis tidak akan mampu memperdaya, tidak akan ada perpecahan diantara kita, kaum muslimin akan kuat, tidak lagi bagaikan buih, melainkan bagaikan lautan, yang saat diperlukan dapat bagaikan gelombang besar, yang tak akan mampu dihadapi oleh siapapun, bahkan oleh iblis sekalipun. Oleh karena itu bagi kaum muslimun untuk merubah kondisi memprihatinkan yang dihadapi saat ini, tiada jalan lain yang sebaik-baiknya dilakukan selain harus: 1. Baik secara pribadi, keluarga maupun bersama-sama, dalam mejalani kehidupan, dalam setiap langkah dan perbuataa hanyalah dilakukan secara ikhlas semata-mata karena beribadah kepada Allah, sesuai dengan tuntunan al Qur'an dan Hadits. 2. Selalu waspada dan tidak memberi peluang kepada Iblis untuk memperdaya, baik melalui bisikan, hasutan, dorongan hawa nafsu, maupun melalui manusia lain yang diperdayanya.

Dengan melandaskan segala amal perbuatan semata-mata hanya karena beribadah kepada Allah dapat selalu waspada serta tidak memberi peluang kepada iblis untuk memperdaya, Insya Allah kita akan menjadi kuat dan terbebas dari kelemahan, ketertekanan dan kezaliman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar